XtGem Forum catalog


Kisah Idi Amin

225px Uganda Amin 10 Shillings cr
Idi Amin dalam mata uang sepuluh
shilling
Presiden Uganda ke-3
Masa jabatan
1971 – 1979
Wakil Presiden Mustafa Adrisi
Pendahulu Milton Obote
Pengganti Yusufu Lule
Lahir Pertengahan tahun
1920-an
Koboko atau Kampala[1]
Meninggal 16 Agustus 2003
Jeddah, Arab Saudi
Kebangsaan Uganda
Suami/Istri Malyamu Amin (cerai)
Kay Amin (cerai)
Nora Amin (cerai)
Madina Amin
Sarah Amin
Profesi Pejabat Militer
Agama Islam
Jenderal Idi Amin Dada Oumee
(Koboko, Uganda, sekitar tahun 1925–
Jeddah, Arab Saudi, 16 Agustus 2003),
yang juga dikenal dengan nama Idi
Amin, adalah pemimpin diktator militer
di Uganda yang memerintah pada 25
Januari 1971- 13 April 1979.
Kehidupan masa kecilnya
Idi Amin lahir sekitar tahun 1924-1928
(17 Mei 1928 ?) di Koboko, distrik Nil
Barat terkecil di Uganda, negeri kecil
yang subur di tepi Danau Victoria,
mata air sungai Nil. Ayahnya dari Suku
Kakwa, ibunya dari Suku Lugbara, dua
suku yang bertetangga. Akan tetapi,
begitu Idi Amin Lahir, kedua
orangtanya langsung berpisah. Ibu
Amin langsung memboyongnya ke
koloni Suku Nubia di Lugazi kurang
lebih 40 km dari Jinja, sebuah kota
besar di tepi Danau Victoria, di mana
banyak orang Nil Barat yang menjadi
buruh perkebunan gula. Tidak jelas
apakah keluarga Idi Amin ikut
memburuh, tetapi yang jelas dia hidup
berpindah-pindah mengikuti kamp.
Belakangan, ibu Amin pindah ke
Buikwe, 18 km dari Jinja.
Perjalanan karier
Karier Idi Amin di dinas militer dimulai
dari dapur. Ketika beranjak remaja
sekitar tahun 1943-1949, Idi Amin
masuk KAR sebagai asisten koki,
setelah sebelumnya menjadi penjaja
kue. Dalam Perang Dunia II Idi Amin
ditugaskan ke Birma (Myanmar
sekarang). Kemudian ia ikut
memadamkan pemberontakan pribumi
Uganda yang berpangkat perwira.
David Martin dalam bukunya General
Amin mengatakan, "Amin itu jenis
prajurit yang disukai oleh Perwira
Inggris: bertubuh besar dan tidak
berpendidikan. Menurut teori mereka,
orang semacam ini lebih taat pada
atasan dan lebih berani di medan
pertempuran." Yang jelas, Idi Amin
secara fisik cukup bagus. Ia tidak
hanya pemain rugby tetapi juara tinju
kelas berat Uganda 1951-1960.
Bisa dimengerti jika karier Idi Amin di
kemiliteran cukup pesat, lebih-lebih
karena ia akhirnya dekat dengan pusat
kekuasaan pada masa itu, Perdana
Menteri Milton Obote.
Dengan kesadisannya dalam
menghadapi pemberontakan atau
kekacauan yang ditimbulkan oleh
suku-suku pencuri ternak, kadang-
kadang Idi Amin menggunakan
pendekatan secara "kultural", misalnya
terhadap Suku Karamajong yang belum
mengenal busana.
Pada awal 1962, Letnan Amin sebagai
komandan pleton dikirim ke Kenya
barat laut untuk menghadapi suku
pencuri ternak, Suku Turkana. Hanya
saja suku Turkana sudah
menggunakan senjata api. Beberapa
pleton dari Company 'C' Kesatuan ke 4
KAR dikirim untuk menyerbu dan
menyita persenjataannya. Semua
berhasil kecuali Idi Amin. Malu karena
kegagalannya, Idi Amin dan
pasukannya kembali ke desa suku
Turkana dan melakukan serangan
yang membuahkan sukses, namun
beberapa hari kemudian muncul
protes dari Turkana karena ditemukan
mayat-mayat di kubur-kubur dangkal.
Sir Walter Coults, gubernur Uganda
terakhir, ditelepon oleh Wakil
Gubernur Kenya Sir Eric Griffith-Jones
yang melaporkan terjadinya
pembantaian terhadap suku Turkana
yang melibatkan perwira militer Idi
Amin. Namun, karena pertimbangan
politik, Idi Amin tidak diajukan ke
pengadilan, berkat jasa Milton Obote
yang beberapa bulan menjadi Perdana
Menteri. Sir Walter Coults
memperingatkan Obote dengan
mengatakan "Perwira ini akan
menyusahkan Anda di kemudian hari."
Barangkali inilah pesan Coults yang
diingat Obote ketika terjadi kudeta
yang dilakukan Idi Amin ketika
menghadiri konfrensi persemakmuran
di Singapura, 25 Januari 1971. Obote
tidak pulang ke Kampala, Uganda,
tetapi ke Darussalam, ibu kota
Tanzania, negara sahabatnya Presiden
Julius Nyerere.
Dua hari kemudian, Idi Amin
membebaskan lima puluh orang
tahanan politik yang ditahan Obote
tanpa alasan yang jelas sejak 1966. Ia
juga melarang rapat umum dan
kampanye politik. Pemilu dijanjikannya
paling tidak lima tahun kemudian.
Ironisnya, dia menyatakan zaman
kekejaman sudah berakhir dan
mengajak rakyatnya menuju zaman
persahabatan tanpa permusuhan.
Masa berkuasa
Idi Amin pada sampul
majalah TIME 7 Maret
1977, "The Wild Man of
Africa"
Begitu Idi Amin berkuasa, Uganda
menjadi negara yang sangat terkenal
di dunia internasional. Pada bulan
Agustus 1972, semua orang Asia
berkewarganegaraan Inggris (60.000
jiwa) diberi waktu sembilan puluh hari
untuk angkat kaki dari Uganda.
Tindakan ini bukan karena rasialisme,
tetapi karena ia ingin memberikan
"kemerdekaan yang sesungguhnya
bagi rakyat Uganda". Yang kalang
kabut tentu saja Inggris, yang para
pejabatnya buru-buru menghubungi
Australia, Selandia Baru, dan negara-
negara persemakmuran Inggris lainnya
untuk membicarakan penampungan,
apalagi Kenya dan Tanzania menolak
memberikan penampungan terhadap
para pengungsi. Sepuluh hari
kemudian ditetapkan aturan tambahan
bahwa orang asing yang sudah
menjadi warga negara Uganda harus
pergi dari Uganda. Jumlahnya sekitar
23.000 jiwa. Sudah tentu warga negara
keturunan asing yang lahir di Uganda
kebingungan. Jika mereka pergi, status
mereka adalah tanpa negara
(stateless). Ditambah lagi, India,
Pakistan, dan Bangladesh (negara asal
mereka) menolak menerima kembali
mereka. Ditambah pula dengan
kebijakan nasionalisasai perusahaan-
perusahaan milik orang-orang Eropa di
Uganda. Idi Amin memang benar benar
"memusingkan banyak orang".
Akibat keputusan ini, timbul krisis
ekonomi parah di Uganda. Sekitar 90 %
perdagangan dan industrinya dikuasai
orang-orang Asia. Orang Uganda
sendiri masih sangat agraris
tradisional dan kurang kecakapan,
modal, dan keterampilan. Sebenarnya,
rencana pengusiran orang Asia sudah
direncanakan oleh Milton Obote karena
dirasakan terlalu mencengkeram
ekonomi Uganda, tetapi masih
menargetkan waktu lima tahun,
dengan alasan mempersiapkan orang
Uganda.
Pemerintahan Uganda sedemikian
kacaunya sehingga Komisi Hukum
Internasional PBB melapor kepada
sekjen PBB saat itu, Kurt Waldheim
pada tanggal 7 Juni 1974, yang isinya:
"Uganda adalah negeri tanpa hukum".
Salah satu puncak krisis adalah minta
suakanya Menteri Keuangan Emmanuel
Wakheya ke Inggris karena tidak
tahan lagi terhadap keputusan
ekonomi yang diambil oleh
pemerintahan rezim militer Idi Amin.
Di awal 1977, William Johnshon menulis
laporan kepada harian Bangkok Post
yang isinya: "Setelah empat tahun
berkuasa, Idi Amin telah mengubah
kehidupan Uganda yang buruk. Dulu
negeri Uganda pengekspor teh dan
kopi, namun karena sistem
administrasi dan transportasi yang
buruk, ratusan karung kopi teronggok
di gudang menunggu diekspor,
semetara puluhan ribu ton
diselundupkan ke Kenya. Uganda
dulunya sebagai salah satu negeri
tersubur di Afrika, kini hasil pertanian
begitu langkanya sampai penduduk
kota menanam tebu dan pisang.
Sabun, gula, dan gandum diperlakukan
seperti emas saking langkanya.
Sementara di pedesaan hasil panen
begitu melimpah, penduduk kota tidak
dapat menikmati hasilnya. Lima tahun
lalu beroperasi 298 bus yang
dijalankan pemerintah, kini cuma 11
yang masih jalan."
Pada bulan April 1979, Idi Amin berhasil
digulingkan oleh tentara nasionalis
Uganda yang dibantu Tanzania.
Sebelumnya Idi Amin dengan bantuan
Libya mencoba menyerang Kagera,
provinsi utara Tanzania.
Idi Amin akhirnya terbang mengungsi
ke Libya yang kemudian meminta
suaka ke Jeddah, Arab Saudi serta
menetap di sana. Menurutnya, angka
kematian 100.000 sampai 300.000
orang yang dianiya dan dibunuh
adalah akibat kesalahan bagian
intelijen. Bahkan Biro Riset Nasional
mengancam akan membunuhnya.
Menurut Amin, banyak hal-hal buruk
yang disembunyikan ketika dia
berkuasa. Ketika dia tahu keberadaan
biro itu, semua sudah terlambat.
Namun, semasa Amin belum jatuh,
David Martin dalam artikelnya di South
China Morning Post membeberkan
bagaimana Idi Amin mengetahui sepak
terjang oknum-oknumnya. Ia mengaku
tidak ingin jadi Presiden, tentaranyalah
yang memintanya, namun mengenai
pengusiran orang Asia dia
mengatakan, "Mereka terlampau
berkuasa dan mencemooh kaum kami".
Idi Amin mempunyai empat orang istri.
Istri pertamanya adalah Sarah atau
Mama Malian yang dinikahinya pada
tahun 1958, yang kedua Kay, yang
ketiga Norah, dan yang keempat
Medina, yang dinikahinya pada tahun
1971. Pada awal tahun 1974 ia ceraikan
tiga istrinya yang pertama sehingga
tinggal Medina. Pada 1 Agustus 1975, ia
menikah dengan Sarah, seorang
pembalap pasukan berani mati
Angkatan Darat Uganda. Empat bulan
kemudian, dia menikahi Babirye putri
seorang usahawan Uganda. Waktu itu
Idi Amin sudah mempunyai 34 orang
anak.
Pada tanggal 20 Juli 2003, menjelang
kematiannya di Rumah Sakit Raja Faisal
di Jeddah, istrinya memohon kepada
Presiden Uganda Yoweri Museveni agar
Idi Amin dikuburkan di negaranya,
namun permintaan ini ditolak. Idi Amin
meninggal di Arab Saudi pada tanggal
16 Agustus 2003 dan dimakamkan di
Jeddah.
Pada tanggal 17 Agustus 2003, David
Owen mengatakan dalam wawancara
oleh Radio BBC bahwa ketika menjabat
sebagai Sekertaris Kementerian Luar
Negeri Inggris ( 1977-1979), dia
memerintahkan agar Idi Amin dibunuh
untuk mengakhiri rezim terornya.
Usulnya ditolak, namun alasan Owen
adalah rezim Idi Amin sangatlah buruk,
sangat mengerikan bila dia dibiarkan
berkuasa terlalu lama.